Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Klasifikasi Organisme: Penjelasan Lengkap dan Sistematik

Konten [Tutup]

    Pendahuluan

    Organisme adalah makhluk hidup yang mengisi dan mendiami planet kita. Organisme sangat beragam, mulai dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus hingga makhluk hidup yang besar dan kompleks seperti mamalia dan tumbuhan.

    Pentingnya organisme dalam bidang biologi karena dapat memberikan informasi tentang hubungan evolusioner antara organisme yang berbeda. Dengan memahami hubungan ini, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sejarah evolusi makhluk hidup dan bagaimana organisme tersebut berevolusi dari waktu ke waktu.

    Seiring banyaknya jumlah organisme di dunia ini, perlu adanya sistematisasi atau klasifikasi untuk memudahkan kita dalam mempelajari, memahami, dan mengidentifikasi organisme tersebut.

    Alasan mengapa perlu mengorganisir dan mengklasifikasikan organisme adalah untuk mempermudah identifikasi, mempelajari, dan memahami organisme secara sistematis. Sistem klasifikasi organisme juga penting dalam bidang biologi karena dapat memberikan petunjuk tentang karakteristik organisme, perilaku, habitat, dan banyak lagi. Dengan begitu, kita dapat lebih memahami organisme dan melindungi lingkungan mereka dengan lebih efektif.

    Sejarah klasifikasi organisme sangat menarik untuk dipelajari karena telah berkembang dari waktu ke waktu. Pada awalnya, klasifikasi organisme dilakukan berdasarkan karakteristik fisik mereka. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan baru, sistem klasifikasi juga mengalami perubahan.

    Saat ini, sistem klasifikasi organisme didasarkan pada prinsip taksonomi dan filogenetika. Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang penggolongan organisme ke dalam kategori yang berbeda berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh organisme tersebut. Sedangkan filogenetika adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan evolusioner antara organisme berdasarkan sejarah evolusinya.

    Dalam taksonomi, organisme dikelompokkan berdasarkan serangkaian hierarki, dari kategori yang lebih besar hingga yang lebih kecil. Hierarki ini dimulai dari kingdom, filum, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies. Setiap organisme diberi nama binomial yang terdiri dari genus dan spesies.

    Di sisi lain, filogenetika mencoba membangun pohon evolusi yang menunjukkan hubungan kekerabatan antara organisme. Metode yang paling sering digunakan untuk membangun pohon evolusi adalah analisis sekuens DNA atau protein.

    Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang taksonomi dan filogenetika, yang merupakan dua sistem klasifikasi yang paling umum digunakan dalam studi biologi. Kita juga akan membahas perbedaan dan persamaan antara kedua sistem klasifikasi tersebut serta mengapa penting untuk menggabungkan keduanya dalam studi biologi.


    Taksonomi

    Definisi taksonomi dan pentingnya dalam klasifikasi:

    Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang penggolongan organisme ke dalam kategori yang berbeda berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh organisme tersebut. Taksonomi sangat penting dalam klasifikasi organisme karena memungkinkan kita untuk mengorganisir dan memahami organisme secara sistematis. Taksonomi juga membantu para ilmuwan untuk mempelajari organisme dan mengidentifikasi spesies baru.


    Sejarah singkat taksonomi dan sistem klasifikasi awalnya:

    Sistem klasifikasi organisme sudah ada sejak zaman kuno, di mana para filsuf dan naturalis kuno mengklasifikasikan organisme berdasarkan karakteristik fisiknya. Namun, taksonomi modern dimulai pada abad ke-18 oleh seorang naturalis Swedia bernama Carl Linnaeus. Linnaeus memperkenalkan sistem binomial nomenklatur, yang masih digunakan hingga saat ini.


    Sistem klasifikasi modern dan hierarkinya:

    Sistem klasifikasi modern didasarkan pada prinsip taksonomi dan filogenetika. Organisme dikelompokkan berdasarkan serangkaian hierarki, dari kategori yang lebih besar hingga yang lebih kecil. Hierarki ini dimulai dari domain, kingdom, phylum, class, order, family, genus, dan spesies.


    Pentingnya nomenklatur binomial:

    Nomenklatur binomial sangat penting dalam klasifikasi organisme karena memberikan nama yang unik dan universal untuk setiap spesies. Nama ilmiah terdiri dari dua bagian, yaitu nama genus dan nama spesies. Nama ilmiah selalu ditulis dalam tulisan miring atau di cetak tebal jika ditulis dengan tangan. Nama ilmiah juga selalu ditulis dengan huruf awal nama genus dalam huruf kapital dan nama spesies dalam huruf kecil.


    Cara menulis dan melafalkan nama ilmiah:

    Untuk menulis nama ilmiah, kita perlu menuliskan nama genus dan nama spesies dengan menggunakan huruf miring atau cetak tebal. Untuk melafalkan nama ilmiah, kita biasanya mengucapkan nama genus secara lengkap dan nama spesies dengan singkatan.

    Berbagai level dalam sistem klasifikasi 

    Klasifikasi ilmiah/organisme adalah pengelompokkan para ahli biologi dan kategori spesies dari organisme yang punah maupun yang hidup. Klasifikasi modern berakar pada system Carolus Linneus, yang mengelompokkan spesies menurut sifat fisik yang dimiliki bersama. Pengelompokkan ini sudah direvisi sejak Carolus Linneus untuk menjaga konsistensi dengan asas sifat umum yang diturunkan dari Darwin.

    Sistem klasifikasi organisme terdiri dari delapan level, yaitu domain, kingdom, phylum, class, order, family, genus, dan spesies. Domain adalah level tertinggi dalam sistem klasifikasi organisme, di mana organisme dibagi menjadi tiga domain, yaitu Archaea, Bacteria, dan Eukarya. Setiap domain kemudian dibagi menjadi kingdom, yang kemudian dibagi lagi menjadi phylum, class, order, family, genus, dan spesies.

    Contoh organisme dan klasifikasinya:

    1. Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae)
    Kingdom: Animalia
    Phylum: Chordata
    Class: Mammalia
    Order: Carnivora
    Family: Felidae
    Genus: Panthera
    Species: Panthera tigris

    2.Kupu-kupu Monarch (Danaus plexippus)
    Kingdom: Animalia
    Phylum: Arthropoda
    Class: Insecta
    Order: Lepidoptera
    Family: Nymphalidae
    Genus: Danaus
    Species: Danaus plexippus

    3. Rumput laut hijau (Ulva lactuca)
    Kingdom: Plantae
    Phylum: Chlorophyta
    Class: Ulvophyceae
    Order: Ulvales
    Family: Ulvaceae
    Genus: Ulva
    Species: Ulva lactuca

    4. Jamur kuping hitam (Auricularia polytricha)
    Kingdom: Fungi
    Phylum: Basidiomycota
    Class: Agaricomycetes
    Order: Auriculariales
    Family: Auriculariaceae
    Genus: Auricularia
    Species: Auricularia polytricha

    Diagram Urutan Klasifikasi Organisme
    Diagram Urutan Klasifikasi Organisme

    Klasifikasi organisme sangat penting untuk mempelajari dan memahami keanekaragaman hayati. Dengan memahami klasifikasi organisme, kita dapat memahami hubungan evolusioner antar organisme dan memahami bagaimana organisme berkembang dari waktu ke waktu. Semakin banyak kita mempelajari organisme, semakin banyak pula kita akan memahami keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini.


    Evolusi Teori Klasifikasi Organisme Sejak abad ke 15

    Sejak abad ke-15, banyaknya penulis teori pengklasifikasian organisme banyak menarik perhatian publik yang menjadikan mereka disebut ‘methodist’. Para metodhist ini bermaksud mengelompokkan mineral, tumbuhan, dan hewan berdasarkan prinsip dari divisi logika. Masa para Methodist di ciptakan oleh Carolus Linnaeus dalam bukunya Bibliotheca Botanica untuk menunjukkan bagaimana pentingnya prinsip klasifikasi organisme.

    Para methodis penting yang tercatat adalah filsuf Itali, dokter, dan ahli tanaman Andrea Caesalpino, pengamat alam Inggris John Ray, filsuf Jerman dan ahli tanaman August Quirinus Rivinus, dan filsuf Prancis, ahli tanaman, dan penjelajah Josseph Pitton de Tournefort.

    Didalam bukunya De Plantis Libri XVI, Andrea Caesalpino (1519-1603) mengusulkan cara pertama pengklasifikasian tanaman. Berdasarkan struktur dasar batang pohon dan fruktifikasi dia membagi-bagi tumbuhan dalam lima belas “generasi tertinggi”.

    John Ray (1627-1705) pengamat alam berkebangsaan Inggris yang mempublikasikan kerja penting dari tanaman, hewan, dan teologi alam. Pendekatan yang di pakai untuk mengelompokkan klasifikasi organisme dalam bukunya Historia Plantarum adalah pendekatan yang penting untuk melangkah ke modern taksonomi. Ray menolak system divisi dichotomy berdasarkan spesies yang diklasifikasikan berdasarkan pra-susunan, salah satu dari dua atau type dan system, dan dari pada itu klasifikasi tumbuhan berdasarkan cara yang sama dan perbedaan yang muncul dari observasi.

    Caesalpino dan Ray menggunakan nama tumbuhan tradisional, sehingga nama dari tumbuhan tidak mencerminkan posisi taksonominya. Langkah yang lebih jauh dilakukan oleh Rivinus dan Joseph Pitton de Tournefort. Mereka menamakan organisme sesuai kelompok genus dengan jelas sampai pada hierarki taksonomi dan memperkenalkan penamaan organisme berdasarkan genusnya.


    Sistem Klasifikasi Organisme Modern

    Hasil kerja ciptaan Carolus Linnaeus, Systema Naturae (edisi ke-1 tahun 1735), diterbitkan sampai dua belas edisi ketika dia masih hidup. Didalamnya alam dibagi menjadi tiga: mineral, tumbuhan, dan hewan. Linneaus menggunakan lima pembagian: kelas, golongan, genus, spesies, dan variasi.

    Dia meninggalkan system lama yang menggambarkan nama dari kelas dan penggolongan dan dua kata nama ilmiah serta hanya menggunakan system teori klasifikasi pendahulu yang akrab dengannya (Rivinus dan Pitton de Tournefort) dan mengganti penamaan itu dengan hanya satu kata, didukung oleh genus dengan diagnose yang detail (karakteristik alam), dan mengurangi banyaknya macam variasi dari spesies, dan menyelamatkan botani dari kepunahan yang disebabkan bentuk baru dari hortikultura.

    Linneaus adalah orang yang diketahui paling baik dalam pengenalan metodenya yang menggunakan nama ilmiah dari tiap spesies. Sebelum Linneaus, banyak yang menggunakan nama ilmiah yang terlalu panjang (nama ilmiah dan nama spesies berbeda yang dicampur adukkan) telah digunakan, tetapi sebagai nama yang seharusnya memberikan penggambaran tentang masing-masing individu spesies tidak diperbaiki.

    Di dalam Philosopia Botanica Linneaus mengambil setiap usaha untuk meningkatkan komposisi dan mengurangi nama ilmiah yang terlalu panjang dengan menghapuskan retoris yag tidak perlu, mengenalkan terobosan penggambaran dari nama yang baru dan mendefinisikan penelitian sebelumnya yang tidak patut ditiru. Di tahun 1740 Linneaus memulai menggunakan system parallel untuk penamaan klasifikasi organisme spesies dengan nomina trivial. 

    Nomen trivial, adalah nama yang sederhana, terbentuk dari satu atau dua suku kata julukan yang ditempatkan dalam margin dari nama ilmiah klasifikasi organisme yang terlalu panjang. Aturan penamaan organisme Linneaus diaplikasikan pada nama trivial yang harus pendek, unik yang jadi ciri genus, dan tidak dapat digantikan. Kekonsistenan Linneaus terhadap nomina trivialia teraplikasikan pada spesies tumbuhan didalam Species Plantarum (edisi ke-1 tahun 1753) dan spesies hewan ddalam edisi ke-10 Systema Naturae (1758).


    Di abad ke-19, terobosan baru ini menjadi patokan utama dari Rules and Laws of Nomenclature (Aturan dan Hukum dari Tata Nama), dan edisi ke-1 Species Plantarum dan edisi ke-10 Systema Naturae telah dipilih sebagai poin acuan untuk Botanical dan Zoological Nomenclature.

    Tabel perkembangan para ahli klasifikasi organisme

    Linnaeus
    1735
    2 kingdoms

    Haeckel
    1866[4]
    3 kingdoms

    Chatton
    1937[5]
    2 empires

    Copeland
    1956[6]
    4 kingdoms

    Whittaker
    1969[7]
    5 kingdoms

    Woese et al.
    1977[8]
    6 kingdoms

    Woese et al.
    1990[9]
    3 domains

    (not treated)

    Protista

    Prokaryota

    Monera

    Monera

    Eubacteria

    Bacteria

    Archaebacteria

    Archaea

    Eukaryota

    Protista

    Protista

    Protista

    Eukarya

    Vegetabilia

    Plantae

    Fungi

    Fungi

    Plantae

    Plantae

    Plantae

    Animalia

    Animalia

    Animalia

    Animalia

    Animalia

     

    Klasifikasi Organisme Sistem 5 Kingdom (Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia)

    Semula para ahli hanya mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan, yaitu kerajaan tumbuhan dan kerajaan hewan. Dasar para ahli mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan :

    1. Kenyataan bahwa sel kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun dari selulosa.

    2. Tumbuhan memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis dan tidak dapat berpindah tempat dan hewan tidak memiliki dinding sel sementara hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri, dan umumnya dapat berpindah tempat.

    Namun ada tumbuhan yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, yaitu jamur (fungi). Berarti, tumbuhan berbeda dengan jamur maka para ahli taksonomi kemudian mengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga kelompok, yaitu Plantae (tumbuhan), Fungi (jamur), dan Animalia (hewan).

    Setelah para ahli mengetahui struktur sel (susunan sel) secara pasti, makhluk hidup dikelompokkan menjadi empat kerajaan, yaitu Prokariot, Fungi, Plantae, dan Animalia, Pengelompokan ini berdasarkan ada tidaknya membran inti sel. Sel yang memiliki membran inti disebut sel eukariotik, sel yang tidak memiliki membran inti disebut sel prokariotik.

    Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Pengelompokan ini berdasarkan pada susunan sel, cara makhluk hidup memenuhi makanannya, dan tingkatan makhluk hidup.

    Penjelasan Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Lima Kingdom:

    Kingdom Monera

    Para makhluk hidup di Kingdom Monera berupa makhluk hidup sel tunggal (uniseluler). Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Monera memiliki sel prokariotik (sel sederhana yang mempunyai kapsul sebagai lapisan terluarnya dan dinding sel didalamnya). Kelompok Monera ini terdiri dari Eubacteria (selama ini kita mengenalnya sebagai bakteri) dan Archaebacteria (bakteri yang hidup pada habitat ekstrim).
    Kingdom Protista

    Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Protista memiliki sel eukariotik. Protista memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi tidak berdiferensiasi. Protista umumnya memiliki sifat antara hewan dan tumbuhan. Kelompok ini terdiri dari Protista menyerupai tumbuhan (ganggang), Protista menyerupai jamur, dan Protista menyerupai hewan (Protozoa, Protos: pertama, zoa: hewan). Protozoa mempunyai klasifikasi berdasarkan sistem alat geraknya, yaitu Flagellata/Mastigophora (bulu cambuk, contoh Euglena, Volvox, Noctiluca, Trypanosoma, dan Trichomonas), Cilliata/Infusiora (rambut getar, contoh Paramaecium), Rhizopoda/Sarcodina (kaki semu, contoh Amoeba), dan Sporozoa (tidak mempunyai alat gerak, contoh Plasmodium).
    Kingdom Fungi (Jamur)

    Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tak dapat membuat makanannya sendiri. Cara makannya bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya sehingga hidupnya bersifat parasit dan saprofit. Kelompok ini terdiri dari semua jamur, kecuali jamur lendir (Myxomycota) dan jamur air (Oomycota). Beberapa kelompok kelas antara lain:
    • kelas Myxomycetes (jamur lendes) contoh nya [[Physarum policephalius]].
    • kelas Phycomycetes (jamur ganggang) contoh nya jamur tempe (Rhizopusorizae, mucormue
     

    Kingdom Plantae (Tumbuhan)

    Tumbuhan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya terdiri dari banyak sel yang telah berdiferensiasi membentuk jaringan. Tumbuhan memiliki kloroplas sehingga dapat membuat makanannya sendiri (bersifat autotrof). Sel tumbuhan juga mempunyai dinding sel, plastida, dan ukuran vakuola yang cenderung besar (melebihi ukuran nukleus/inti). Tumbuhan terdiri dari tumbuhan lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (Pteridophyta), tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).
    Kingdom Animalia (Hewan)

    Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel yang telah berdiferensiasi membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri sehingga bersifat heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu hewan tidak bertulang belakang (invertebrata/avertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).

    Pada tahun 1970-an seorang mikrobiolog bernama Carl Woese dan peneliti lain dari university of Illinois menemukan suatu kelompok bakteri yang memiliki ciri unik dan berbeda dari anggota kingdom Monera lainnya. Kelompok tersebut dinamakan Archaebacteria. Archaebacteria lebih mendekati makhluk hidup eukariot dibandingkan bakteri lain yang merupakan prokraiot. 

    Hal itu menyebabkan terciptanya sistem klasifikasi 6 kingdom pemisah kingdom Archaebacteria dari anggota kingdom Monera lain yang kemudaian disebut Eubacteria. Namun hingga sekarang yang diakui sebagai sistem klasifikasi standar adalah sistem Lima Kingdom yang ditemukan oleh Whittaker.



    Klasifikasi Lain Berdasarkan Ciri Yang Dimiliki

    Klasifikasi makhluk hidup berdasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memiliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi tersebut adalah:
    • Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contohnya: tumbuhan dikelmpokkan menjadi pohon, perdu, dan semak.
    • Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh : Tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup dilingkungan kering (xerofit), tumbuhan yang hidup dilingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan yang hidup dilingkungan lembap (higrofit)
    • Berdasarkan manfaatnya. Contoh : Tumbuhan yang dikelompokkan ke dalam tanaman obat-obatan, sandang, tanaman hias dan sebagainya.
    • Berdasarkan jenis makanannya. Contoh : Hewan dikelompokkan menjadi pemakan daging (karnivora), dan sebagainya.

    Cara pengelompokkan makhluk hidup seperti ini dianggap kurang sesuai yang disebabkan karena dalam pengelompokkan makhluk hidup dengan cara demikian dibuat berdasarkan keinginan orang yang mengelompokkannya.


    Filogenetika

    Definisi filogenetika dan pentingnya dalam klasifikasi

    Filogenetika adalah studi tentang hubungan evolusioner antar organisme. Dalam klasifikasi, filogenetika sangat penting karena membantu kita memahami hubungan evolusioner antar organisme dan bagaimana organisme berkembang dari waktu ke waktu. Dengan memahami hubungan evolusioner ini, kita dapat membuat sistem klasifikasi yang lebih akurat dan mencerminkan sejarah evolusi organisme.


    Sejarah filogenetika dan sistem klasifikasi awalnya

    Konsep filogenetika pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin pada tahun 1859 dalam bukunya "On the Origin of Species". Namun, studi filogenetika baru berkembang pesat pada abad ke-20, terutama setelah adanya perkembangan dalam biologi molekular.


    Sistem klasifikasi modern berdasarkan hubungan evolusioner

    Sistem klasifikasi modern berdasarkan pada hubungan evolusioner antar organisme. Organisme yang memiliki hubungan evolusioner yang dekat dikelompokkan bersama dalam takson yang lebih tinggi, sedangkan organisme yang memiliki hubungan evolusioner yang lebih jauh dikelompokkan bersama dalam takson yang lebih rendah.


    Perbedaan antara klasifikasi tradisional dan filogenetika

    Klasifikasi tradisional didasarkan pada ciri-ciri fisik organisme, sedangkan filogenetika didasarkan pada hubungan evolusioner antar organisme. Klasifikasi tradisional seringkali hanya mencerminkan kemiripan fisik antar organisme, sementara filogenetika mencerminkan sejarah evolusi organisme.


    Pentingnya biologi molekular dalam filogenetika

    Biologi molekular sangat penting dalam filogenetika karena membantu kita memahami hubungan evolusioner antar organisme berdasarkan pada perubahan genetik yang terjadi dalam DNA. Dengan mempelajari urutan DNA organisme, kita dapat memahami hubungan evolusioner antar organisme dengan lebih akurat.


    Berbagai metode pembuatan pohon filogenetik

    • Cladistics: metode ini membandingkan karakteristik yang diwariskan oleh nenek moyang yang sama.
    • Phenetics: metode ini membandingkan kesamaan dan perbedaan karakteristik organisme secara keseluruhan.
    • Maximum parsimony: metode ini mencari pohon filogenetik yang memerlukan jumlah asumsi yang paling sedikit.
    • Maximum likelihood: metode ini mencari pohon filogenetik yang paling mungkin terjadi berdasarkan pada data yang diperoleh.
    • Bayesian inference: metode ini memprediksi pohon filogenetik yang paling mungkin terjadi berdasarkan pada data yang diperoleh dan asumsi awal.

    Contoh organisme dan klasifikasi filogenetiknya

    Hominidae (keluarga manusia)
    Kingdom: Animalia
    Phylum: Chordata
    Class: Mammalia
    Order: Primates
    Suborder: Haplorhini
    Infraorder: Simiiformes
    Family


    Kesamaan dan Perbedaan antara Taksonomi dan Filogenetika

    Taksonomi dan filogenetika adalah dua pendekatan yang digunakan dalam klasifikasi organisme. Meskipun keduanya bertujuan untuk mengorganisir organisme ke dalam kelompok yang berbeda, namun ada perbedaan mendasar antara keduanya.

    Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengelompokan organisme berdasarkan ciri-ciri umum yang dimiliki. Taksonomi lebih menekankan pada kesamaan morfologi, anatomi, dan keterkaitan organisme dalam kelompok tertentu. Sedangkan, filogenetika lebih menekankan pada hubungan evolusi dan garis keturunan antara organisme. Filogenetika mempelajari tentang hubungan antara organisme berdasarkan sejarah evolusinya.


    Pentingnya Menggabungkan Taksonomi dan Filogenetika dalam Klasifikasi

    Kedua pendekatan, taksonomi dan filogenetika, saling melengkapi dalam klasifikasi organisme. Dalam klasifikasi tradisional, taksonomi digunakan untuk mengorganisir organisme berdasarkan ciri-ciri umum yang dimiliki. Namun, klasifikasi tradisional tidak selalu mencerminkan hubungan evolusioner antara organisme. Sedangkan, filogenetika memperhitungkan hubungan evolusioner antara organisme, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih akurat tentang hubungan antara organisme.

    Dalam sistem klasifikasi modern, taksonomi dan filogenetika digabungkan untuk menghasilkan sistem klasifikasi yang lebih akurat dan informatif. Dalam klasifikasi filogenetik, organisme dikelompokkan berdasarkan hubungan evolusioner antara mereka. Namun, untuk mengidentifikasi organisme, taksonomi masih digunakan.


    Kelebihan dan Kekurangan Klasifikasi Tradisional dan Filogenetik

    Klasifikasi tradisional memiliki kelebihan yaitu mudah dipahami dan diingat oleh orang awam. Namun, klasifikasi tradisional sering kali tidak mencerminkan hubungan evolusioner antara organisme.

    Klasifikasi filogenetik memiliki kelebihan yaitu dapat mencerminkan hubungan evolusioner antara organisme dengan lebih akurat. Namun, klasifikasi filogenetik memiliki kekurangan yaitu sulit dipahami oleh orang awam dan memerlukan data yang lebih lengkap dan canggih.


    Pengaruh Biologi Molekuler dalam Sistem Klasifikasi

    Biologi molekuler merupakan cabang ilmu yang mempelajari struktur, fungsi, dan interaksi molekul biologis, termasuk DNA, RNA, dan protein. Karena molekul-molekul ini berperan penting dalam proses evolusi, biologi molekuler juga berkontribusi besar dalam klasifikasi organisme.

    Salah satu contoh penerapan biologi molekuler dalam klasifikasi organisme adalah dengan menggunakan metode sekuensing DNA. Dengan membandingkan urutan nukleotida DNA dari organisme yang berbeda, kita dapat menentukan seberapa dekat hubungan evolusioner mereka.

    Dalam beberapa kasus, metode sekuensing DNA bahkan telah mengubah sistem klasifikasi yang telah ada sebelumnya. Contohnya adalah klasifikasi hewan yang sebelumnya didasarkan pada karakteristik morfologi, seperti struktur tubuh dan ciri-ciri lainnya. Namun, dengan adanya teknologi sekuensing DNA, para peneliti menemukan bahwa beberapa kelompok hewan yang secara morfologi terlihat sangat berbeda, ternyata memiliki kesamaan genetik yang sangat tinggi. Hal ini membuktikan bahwa mereka sebenarnya terkait secara evolusioner.

    Metode sekuensing DNA juga digunakan dalam filogenetika untuk membangun pohon filogenetik, yaitu diagram yang menunjukkan hubungan evolusioner antara berbagai organisme. Metode ini dapat menghasilkan pohon filogenetik yang lebih akurat dibandingkan dengan metode lainnya, seperti cladistics atau phenetics.

    Selain metode sekuensing DNA, biologi molekuler juga mengembangkan teknologi lain seperti PCR (Polymerase Chain Reaction) yang dapat mengamplifikasi DNA dalam jumlah yang banyak, teknologi DNA fingerprinting yang dapat digunakan untuk membedakan organisme dengan cara membandingkan pola DNA mereka, dan sebagainya.

    Dengan demikian, pengaruh biologi molekuler sangat penting dalam sistem klasifikasi organisme. Metode dan teknologi yang dikembangkan dalam biologi molekuler dapat membantu para peneliti dalam memahami hubungan evolusioner antara organisme, serta memperbaiki atau bahkan mengubah sistem klasifikasi yang telah ada sebelumnya.



    Kesimpulan

    Dalam kesimpulan, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi organisme adalah hal yang penting dalam bidang biologi karena membantu kita untuk memahami keragaman kehidupan di Bumi dan mempelajari hubungan antara organisme. Klasifikasi makhluk hidup merupakan suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu.

    Taksonomi dan filogenetika merupakan dua pendekatan yang digunakan dalam klasifikasi organisme, dan keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.

    Sejarah klasifikasi organisme telah berkembang dari waktu ke waktu, dari sistem klasifikasi tradisional hingga sistem klasifikasi modern yang berbasis pada hubungan evolusioner. Nomenklatur binomial adalah sistem penamaan ilmiah yang digunakan untuk memberi nama pada organisme. Penting untuk melafalkan nama ilmiah dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dan kebingungan.

    Berbagai level dalam sistem klasifikasi (domain, kingdom, phylum, class, order, family, genus, species) digunakan untuk mengorganisir organisme berdasarkan karakteristik mereka. Contoh organisme seperti manusia, gajah, dan kupu-kupu dijelaskan dalam artikel ini sebagai contoh dari klasifikasi organisme.

    Dalam filogenetika, hubungan evolusioner antara organisme digunakan sebagai dasar klasifikasi. Metode seperti cladistics, phenetics, maximum parsimony, maximum likelihood, dan Bayesian inference digunakan untuk membuat pohon filogenetik. Biologi molekuler memiliki peran penting dalam filogenetika karena dapat membantu membangun pohon filogenetik dengan lebih akurat.

    Dengan memahami klasifikasi organisme, kita dapat mempelajari dan menghargai keragaman kehidupan di Bumi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mengembangkan dan memperbarui sistem klasifikasi organisme untuk meningkatkan pemahaman kita tentang kehidupan di Bumi.

    Post a Comment for "Mengenal Klasifikasi Organisme: Penjelasan Lengkap dan Sistematik"